EKOSISTEM LAMUN DI KAWASAN KONSERVASI KEPULAUAN ANAMBAS

Senin, 5 Mei 2025 WIB

1.  Keanekaragaman Jenis Lamun

Susunan padang lamun di Indonesia terdiri dari monospesifik dan multispesifik dengan rata – rata 4-5 jenis lamun dan maksimal 9 jenis dalam satu area pengamatan. Keragaman jenis lamun tersebar merata di seluruh perairan Indonesia (Hernawan et al., 2021). Terdapat 4 jenis lamun yang ditemukan di dalam transek pengamatan lamun Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas. Keempat jenis tersebut adalah Enhalus acoroides (Ea) dan Thalassia hemprichii (Th) yang merupakan famili Hydrocharitaceae serta Cymodocea rotundata (Cr) dan Halophila ovalis (Ho) yang merupakan famili Potamogetonaceae. Namun ada beberapa spesies lainnya yang ditemukan di luar transek pengamatan seperti Halodule uninervis (Hu) dan Oceana serrulata (Os). Setiap stasiun memiliki komposisi jenis lamun yang berbeda. Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii merupakan jenis yang umum dan ditemukan di setiap stasiun pengamatan. Sedangkan Cymodocea rotundata hanya ditemukan di dua stasiun yaitu ANBL01 dan ANBL03. Halophila ovalis hanya ditemukan di satu stasiun yaitu ANBL01. Data kehadiran dan komposisi jenis lamun di dalam Stasiun Pengamatan Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Grafik 1.

Tabel 1. Keanekaragaman jenis lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas

Stasiun ID

Jumlah Jenis

Jenis Lamun

Enhalus acoroides

Thalassia hemprichii

Cymodocea rotundata

Halophila ovalis

ANBL01

4

+

+

+

+

ANBL02

2

+

+

-

-

ANBL03

3

+

+

+

-

ANBL04

2

+

+

-

-

ANBL05

2

+

+

-

-

ANBL06

2

+

+

-

-

Sumber: hasil pengamatan tahun 2024

Keterangan: +:ditemukan; -:tidak ditemukan

Grafik 1. Komposisi Jenis Lamun di Kawasan Konservasi Kepualauan Anambas

 

  

(a)                                                                    (b)

 

  

(c)                                                                    (d)

Gambar 1. Jenis – Jenis Lamun yang Ditemukan di Stasiun Pengamatan

 

Selain melakukan pengamatan di stasiun permanen, tim Monitoring Ekosistem Lamun Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas juga melakukan pengamatan (groundcheck) di beberapa lokasi, yaitu Pulau Buan, Pulau Lubangtamban dan Pulau Temiang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ditemukan beberapa spesies lamun di tempat tersebut. Data kehadiran Lamun di ketiga pulau tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kehadiran Jenis Lamun di Lokasi Groundcheck

Lokasi

Jumlah Jenis

Jenis Lamun

Ea

Th

Cr

Ho

Si

Hu

P. Buan

2

+

+

-

-

-

-

P. Lubangtamban

1

-

+

-

-

-

-

P. Temiang

5

+

+

+

+

-

+

Sumber: hasil pengamatan tahun 2024

Keterangan: +:ditemukan; -:tidak ditemukan

 

                                    (a)                                                                    (b)

(c)

Gambar 2. Kondisi Lamun di (a) Pulau Buan, (b) Pulau Lubangtamban, (c) Pulau Temiang

 

 

 

2.  Tutupan dan Kerapatan Lamun

Persentase tutupan merupakan gambaran tingkat tutupan atau penaungan substrat oleh lamun. Informasi tentang tutupan sangat penting untuk mengetahui kondisi padang lamun secara keseluruhan. Nilai kerapatan lamun saja belum tentu dapat menggambarkan tingkat tutupan suatu ekosistem lamun, karena tingkat kerapatan erat kaitannya dengan morfologi spesies lamun. Hasil perhitungan persentase tutupan dan kerapatan lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas tahun 2024 dapat dilihat pada Tabel dan Grafik  di bawah ini :

 

Tabel 3. Persentase Tutupan Lamun di Stasiun Pengamatan

No.

Stasiun_ID

Zona

Tutupan Lamun (%)

Kategori

1

ANBL01

Pemanfaatan Terbatas

27,27

Sedang

2

ANBL02

Inti

42,05

Sedang

3

ANBL03

Inti

35,13

Sedang

4

ANBL04

Pemanfaatan Terbatas

19,32

Jarang

5

ANBL05

Pemanfaatan Terbatas

24,34

Jarang

6

ANBL06

Pemanfaatan Terbatas

25,95

Jarang

Rata-rata

 

29,01

Sedang

 

Grafik 2. Tutupan lamun per Jenis di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas

Grafik 3. Dominansi Jenis Lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas

Monitoring kondisi kesehatan padang lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas telah dilakukan sejak tahun 2015. Kondisi tutupan lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. Perubahan kondisi tutupan padang lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Grafik 4.         

Grafik 4. Kondisi Tutupan Lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas Tahun 2015 – 2024

Grafik 4 memperlihatkan fluktuasi rata - rata tutupan lamun di Kawasan Konservasi Kepuluan Anambas. Terlihat terjadi kenaikan tutupan pada tahun 2015 - 2017, namun pada tahun 2017-2019 terjadi penurunan. Perlahan nilai tutupan lamun mulai stabil pada rentang tahun 2019 – 2024.

 

Tabel 4. Kerapatan Lamun per Jenis di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas

No

Stasiun_ID

Zona

Kerapatan Lamun (Individu/m2)

Ea

Th

Cr

Ho

1

ANBL01

Pemanfaatan Terbatas

51

11

5

2

2

ANBL02

Inti

71

2

0

0

3

ANBL03

Inti

65

19

1

0

4

ANBL04

Pemanfaatan Terbatas

36

0

0

0

5

ANBL05

Pemanfaatan Terbatas

56

3

0

0

6

ANBL06

Pemanfaatan Terbatas

59

10

0

0

Rata-rata

 

56

7

1

0

 

Rata-rata tutupan lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas sebesar 29,01%, dan berada pada kategori Sedang sebagaimana disampaikan oleh Rahmawati et al., (2017). Kerapatan lamun dinyatakan dalam jumlah individu per luas area. Berdasarkan Tabel 4. Enhalus acoroides memiliki kerapatan yang tinggi dibandingkan dengan tiga jenis lamun yang lain. ANBL02 Makam Siantan memiliki nilai kepadatan Enhalus acoroides tertinggi yaitu 71 individu/m2 sedangkan nilai kepadatan Ea terendah berada di stasiun ANBL04 Muntai 1.

Gambar 3. Kondisi Tutupan dan Kerapatan Lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas

 

3.  Tutupan Makroalga dan Epifit

Pengamatan penutupan makroalga dan epifit dilakukan untuk mengetahui indikator perubahan komunitas, kualitas perairan, dan kompetisi dengan lamun (Rahmawati et al., 2022). Rata – rata tutupan makroalga di lokasi pengamatan lamun Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas sebesar  4,8% dan termasuk ke dalam kategori kelimpahan “Sedikit”. Nilai tersebut menggambarkan kualitas perairan di area lamun Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas tergolong “Baik”. Berdasarkan Tabel 5, tutupan makroalga tertinggi berada di Stasiun ANBL02 Makam Siantan, yaitu 11,62% dengan kategori kelimpahan “Sedang” dan kualitas perairan tergolong “Sedang”. Sedangkan tutupan terkecil berada di stasiun ANBL06 Muntai 2 dengan nilai tutupan 0,09%.

Tabel 5. Penutupan makroalga di stasiun pengamatan

No

Stasiun

Penutupan (%)

Kelimpahan

Kualitas Perairan

1

ANBL01

5,49

Sedikit

Baik

2

ANBL02

11,62

Sedang

Sedang

3

ANBL03

1,52

Sedikit

Baik

4

ANBL04

5,52

Sedikit

Baik

5

ANBL05

4,58

Sedikit

Baik

6

ANBL06

0,09

Sedikit

Baik

Rata - Rata

4,80

Sedikit

Baik

 

Makroalga yang ditemukan berasosiasi dengan lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas diantaranya Padina sp., Halimeda sp., Caulerpa sp., Sargassum sp., dan Turbinaria sp.

 

                                    (a)                                                                    (b)

 

                                    (c)                                                                    (d)

(e)

Gambar 4. Jenis – Jenis Makroalga yang Berasosiasi dengan Lamun (a) Padina sp., (b) Halimeda sp., (c) Caulerpa sp., (d) Sargassum sp., dan (e) Turbinaria sp

 

Sama halnya dengan makroalga, epifit juga merupakan ancaman bagi lamun ketika pertumbuhannya sangat cepat. Rata – rata tutupan epifit di lokasi pengamatan sebesar 24,27% dengan kategori kelimpahan “Sedang”. Kualitas perairan berdasarkan kondisi epifit di lokasi pengamatan tergolong “Sedang”. Berdasarkan Tabel 6, tutupan epifit tertinggi berada di Stasiun ANBL02 Makam Siantan, yaitu 38,94% dengan kategori kelimpahan “Sedang” dan kualitas perairan tergolong “Sedang”. Sedangkan tutupan terkecil berada di stasiun ANBL04 Muntai 1 dan ANBL06 Muntai 2 dengan nilai tutupan 18,09%. Kategori kelimpahan “Sedikit” dan kualitas perairan tergolong “Baik”.

Tabel 6. Penutupan epifit di stasiun pengamatan

No

Stasiun

Penutupan (%)

Kelimpahan

Kualitas Perairan

1

ANBL01

28,79

Sedikit

Baik

2

ANBL02

38,94

Sedikit

Baik

3

ANBL03

18,47

Sedang

Sedang

4

ANBL04

18,09

Sedikit

Baik

5

ANBL05

23,26

Sedang

Sedang

6

ANBL06

18,09

Sedang

Sedang

Rata - rata

24,27

Sedang

Sedang

 

4.  Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Kualitas perairan memegang peranan penting terhadap kelangsungan hidup dan kondisi suatu padang lamun. Selain keberadaan ancaman, perbedaan kondisi kesehatan ekosistem lamun dan resiliensinya di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi habitat alaminya. Parameter fisika dan kimia lingkungan perairan yang diukur dalam pengamtaan ini adalah suhu, salinitas, pH, dan kecerahan. Data dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Parameter fisika dan kimia perairan

Stasiun

Parameter

Suhu (oC)

Salinitas (‰)

pH

Kecerahan

ANBL01

28,3

35

7,1

Jernih

ANBL02

28,3

34,5

6,9

Jernih

ANBL03

28

31,5

8,1

Jernih

ANBL04

29

32

7

Sedang

ANBL05

28,5

34

7,1

Jernih

ANBL06

29

33

6,9

Sedang

 

Parameter fisika dan kimia perairan ini merupakan salah satu faktor abiotik yang memegang peran terhadap kelangsungan hidup lamun. Tiga parameter perairan diukur secara langsung di lapangan, pH dan suhu diukur menggunakan Water Quality Control Portable Inscienpro, sedangkan salinitas diukur menggunakan refraktometer. Pengukuran dilakukan saat cuaca cerah dan berawan pada waktu pagi hingga siang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai baku mutu air laut untuk biota laut khususnya lamun pada parameter suhu adalah alami 28-30oC, salinitas alami 33 – 34‰ , dan pH pada nilai 7-8,5. Alami adalah kondisi normal di alam, yang bervariasi dalam sehari (siang,malam) atau bervariasi karena musim.

 

5.  Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun

Pemantauan kondisi kesehatan ekosistem lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas telah dilakukan sejak tahun 2015 hingga tahun ini. Metode pemantauan mengacu pada Panduan Pemantauan Penilaian Kondisi Padang Lamun Edisi 2 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, sekarang BRIN. Selama ini pemantauan dilakukan dengan target keragaman jenis, tutupan lamun dan tutupan per jenis lamun (Rahmawati et al., 2017). Namun pada pemantauan tahun 2024 ini, terdapat tambahan metode acuan yaitu penilaian IKEL sehingga terdapat enam parameteri utama yaitu keanekaragaman jenis lamun, tutupan lamun, tutupan makroalga, tutupan epifit, dan kecerahan air (Rahmawati et al., 2017; Rahmawati et al., 2019; Hernawan et al., 2021). Parameter tersebut juga dipilih untuk menggambarkan tingkat resiliensi ekosistem lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas, yaitu kemampuan ekosistem lamun dalam menghadapi gangguan / tekanan lingkungan dan kemampuan pemulihan dari kondisi terdegadrasi (Unsworth et al., 2015). Perhitungan IKEL di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel 8.

 

Tabel 8. Hasil Perhitungan Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun

Parameter

Stasiun

Rata – Rata / Rentang

ANBL01

ANBL02

ANBL03

ANBL04

ANBL05

ANBL06

Kelimpahan jenis lamun

4

2

3

2

2

2

2 – 4

Penutupan lamun (%)

27,27

42,05

35,13

19,32

24,34

25,95

29,01

Penutupan makroalga (%)

5,49

11,62

1,52

5,52

4,58

0,09

4,80

Penutupan epifit (%)

28,79

38,94

 

18,47

18,09

23,26

18,09

24,27

Kecerahan perairan

2

2

2

1

2

1

1 - 2

IKEL

0,67

0,63

0,70

0,54

0,64

0,56

0,62

Kategori

Sedang

Sedang

Baik

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

 

Perhitungan nilai indeks kesehatan ekosistem lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas menghasilkan rata – rata indeks 0,62. Nilai tersebut tergolong dalam kategori kesehatan “Sedang”. Kondisi ini sesuai dengan status padang lamun di seluruh Indonesia, yaitu rata – rata IKEL 0,66 dengan kategori kesehatan “Sedang” atau cukup baik. Kondisi tersebut mengalamu penurunan yang berarti pada periode pemantauan 2018-2021 dengan kecepatan penurunan tutupan lamun hampir 1% per tahun (Rahmawati et al., 2022).

 

6.  Luasan Lamun

Perhitungan luasan lamun dilakukan menggunakan metode olah data citra satelit Sentinel 2A tahun 2021 dengan algoritma Support Vector Machine di aplikasi ArcGIS Pro 2.8. Hasil perhitungan dengan metode tersebut menunjukkan luasan lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas yaitu 89,63 ha. Padang lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas tersebar di perairan Teluk Sunting dan perairan depan Desa Air Asuk. Peta sebaran padang lamun di Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Sebaran Padang Lamun di Kepulauan Anambas

7.  Biota Asosiasi

Berdasarkan hasil pengamatan organisme megabentos yang berasosiasi dengan padang lamun di Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas yang terdiri dari 6 stasiun pengamatan diperoleh 14 jenis megabentos yang telah teridentifikasi. Sebaran jenis megabentos yang ditemukan di area pengamatan disajikan pada Tabel 9. berikut :

 

Tabel 9. Sebaran Jenis Megabentos yang Berasosiasi dengan Padang Lamun di TWP Kepulauan Anambas

No

Jenis Organisme

Filum

Stasiun

ANBL01

ANBL02

ANBL03

ANBL04

ANBL05

ANBL06

 

1

Heteractis sp (Anemon pasir)

Cnidaria

-

-

1

-

4

-

 

2

Holothuria atra (Teripang hitam)

Echino dermata

2

-

2

-

8

-

 

3

Portunus pelagicus (Rajungan)

Krustasea

-

2

-

-

-

-

 

4

Thalamita sp (Kepiting)

Krustasea

-

1

-

-

3

-

 

5

Spirobranchus sp (Cacing pohon natal)

Annelida

-

-

1

-

-

-

 

6

Gafrarium pectinatum (Kerang)

Moluska

-

5

-

1

3

1

 

7

Tellina radiata (Kerang)

Moluska

-

-

-

-

2

-

 

8

Tellina tenuis (Kerang)

Moluska

-

-

-

-

1

-

 

9

Modiolus capax (Kerang)

Moluska

-

-

-

-

-

1

 

10

Anadara antiquata (Kerang)

Moluska

-

2

-

-

-

-

 

11

Dosinia sp (Kerang)

Moluska

-

1

-

-

-

-

 

12

Cerithium sp (Siput)

Moluska

-

-

1

-

-

1

 

13

Cyprea sp (Siput)

Moluska

-

-

-

-

1

-

 

14

Echinolittorina sp (Siput)

Moluska

-

-

1

-

-

-

 

Jumlah jenis

1

5

5

1

7

3

 

Jumlah Individu

2

11

6

1

22

3

 

                                             

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menurut informasi yang disajikan pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa  kelimpahan megabentos yang  berasosiasi dengan padang lamun di setiap stasiun pengamatan cukup bervariasi.

 

                                    (a)                                                                    (b)

 

                                    (c)                                                                    (d)

 

                                    (e)                                                                    (f)

 

Gambar 6. Kelompok megabentos yang umumnya dijumpai (A) Heteractis malu (B) Holothuria atra (C) Spirobranchus sp (D) Thalamita sp (E) Portonus pelagicus (F)Gafrarium pectinatum

Logo Logo
PPID LOKA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL PEKANBARU
Kementerian Kelautan dan Perikanan

JALAN BUDI LUHUR KELURAHAN MENTANGOR PEKANBARU-RIAU 28286

Telp : (0761) 8404510 Hotline WA : 0811666642

Email: lkkpn.pekanbaru@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Hubungi Kami
Total Pengunjung : 55245
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia