JAKARTA – Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) Jatiluhur berperan aktif dalam Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Jenis Ikan Dilindungi dan/atau yang Tercantum dalam Apendiks CITES (EPANJI) Tahun 2025. Kegiatan yang diselenggarakan secara daring pada 14 hingga 16 Oktober 2025 ini merupakan inisiasi dari Direktorat Konservasi Spesies dan Genetik, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebagai evaluasi prioritas pengelolaan tahun 2025.

Lokakarya ini bertujuan mengevaluasi efektivitas pengelolaan jenis ikan dilindungi (EPANJI) untuk kelompok air tawar, ikan air laut, dan reptil. Acara tersebut diikuti oleh lebih dari 120 peserta dari berbagai pihak, mencakup direktorat teknis KKP, BRIN, BARANTIN, perguruan tinggi, pemerintah daerah, serta mitra konservasi seperti WWF Indonesia.

BRPSDI Jatiluhur secara spesifik berfokus dalam kelompok penilaian ikan air tawar, yang menjadi prioritas pengelolaan KKP. Spesies yang dinilai mencakup arwana (Scleropages formosus dan Scleropages jardini), belida (Notopterus notopterus), dan sidat (Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata).

Berdasarkan hasil penilaian EPANJI 2025, yang menggunakan kriteria input, proses, output, dan outcome, diperoleh status pengelolaan untuk jenis ikan air tawar. Sidat (Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata) serta arwana kalimantan (Scleropages formosus) menunjukkan status “Berkelanjutan”. Sementara itu, arwana irian (Scleropages jardini) dan belida jawa (Notopterus notopterus) berada pada status “Optimum”.

Melalui forum ini, BRPSDI Jatiluhur bersama para pakar dan pemangku kepentingan lainnya turut memberikan informasi terkait penilaian EPANJI sebagai dasar rekomendasi kebijakan konservasi yang lebih terarah dan berkelanjutan. Partisipasi aktif dari semua pihak mencerminkan komitmen terhadap pengelolaan sumber daya ikan yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati perairan Indonesia.