Ikan Laut Invasif Ancam Kelestarian Ikan Lokal di Perairan Indonesia

Senin, 1 September 2025 WIB

Ancaman ikan laut invasif terhadap kelestarian ikan lokal di Indonesia semakin nyata. Sejumlah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa beberapa spesies asing yang masuk ke perairan Nusantara berpotensi merusak ekosistem, menurunkan keanekaragaman hayati, dan mengganggu mata pencaharian nelayan.

Ikan invasif dikenal memiliki laju pertumbuhan dan reproduksi cepat, serta daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan baru. Sifat agresifnya membuat ikan lokal sulit bersaing dalam memperebutkan makanan maupun habitat.

Menurut pakar kelautan, masuknya spesies asing ini banyak dipicu oleh aktivitas perdagangan global, terutama melalui pembuangan ballast water kapal internasional, serta pelepasan biota laut dari perdagangan ikan hias yang tidak terkendali.


Daftar Spesies Laut Invasif yang Perlu Diwaspadai

Berikut beberapa spesies ikan dan biota laut invasif yang mulai terdeteksi atau berpotensi menginvasi perairan Indonesia:

  • Lionfish (Pterois volitans & Pterois miles)
    Berasal dari Samudra Hindia dan Atlantik. Cantik namun beracun, ikan ini memangsa ikan kecil dan udang karang hingga menurunkan populasi ikan lokal 70–80 persen di beberapa lokasi.

  • Snapper Merah Atlantik (Lutjanus campechanus)
    Spesies kakap dari Teluk Meksiko ini berpotensi menyaingi kakap putih dan kakap lokal lain dalam mencari makan serta ruang hidup.

  • Tilapia Laut (Oreochromis mossambicus di estuaria/laut dangkal)
    Asalnya dari Afrika, kerap mendominasi kawasan muara dan estuaria. Kehadirannya merusak rantai makanan ikan lokal.

  • Catfish Laut Invasif (Ariopsis felis)
    Ikan asal Amerika ini mengambil alih ekosistem dasar laut dengan memangsa telur dan larva ikan asli.

  • Northern Pacific Seastar (Asterias amurensis)
    Predator asal Jepang dan Rusia Timur. Meski bukan ikan, bintang laut ini sangat invasif karena memangsa kerang, remis, dan biota bentik bernilai ekonomi.

  • Kerang Zebra (Dreissena polymorpha)
    Spesies dari Eropa Timur yang menempel di permukaan keras, menutup ruang hidup biota asli, bahkan menyumbat pipa dan instalasi kelautan.


Dampak Terhadap Nelayan dan Ekosistem

Kemunculan ikan laut invasif telah menyebabkan beberapa dampak nyata:

  • Populasi ikan konsumsi lokal semakin menurun, membuat nelayan kesulitan mendapatkan tangkapan.

  • Ekosistem terumbu karang terganggu akibat predator asing yang memangsa ikan karang dan organisme penting.

  • Potensi kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah jika invasi tidak segera dikendalikan.


Langkah Mitigasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan pentingnya langkah pencegahan sejak dini. Edukasi masyarakat pesisir, penelitian biodiversitas, hingga regulasi ketat terhadap ballast water kapal menjadi prioritas utama.

Selain itu, beberapa negara telah mendorong pemanfaatan ikan invasif sebagai komoditas konsumsi. Contohnya lionfish yang kini mulai dipasarkan sebagai menu kuliner untuk mengurangi populasinya di alam.


Harapan ke Depan

Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia tidak boleh lengah. Ancaman spesies invasif bukan hanya soal hilangnya ikan lokal, melainkan juga soal masa depan pangan, ekologi, dan ekonomi maritim.

 

“Jika tidak dikendalikan, ikan invasif dapat mengubah wajah laut kita. Dari laut yang kaya spesies menjadi laut yang miskin kehidupan,” ujar seorang peneliti kelautan dalam sebuah diskusi konservasi di Jakarta.

Logo Logo
PPID BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LOMBOK
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jl. Raya Sekotong, Sekotong Bar., Kec. Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Bar. 83365

+62 818-579-997

Email: bpbl.lombok@gmail.com

Call Center KKP: 141

Hubungi Kami
Total Pengunjung : 4125
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia